Sabtu, 27 Mei 2017

BUNGA KREDIT


Warung Si Mbah

Saat ngantar istri belanja ke pasar, awak menunggu di dingklik ( kursi panjang bahasa Jawa )  penjual minuman dan latengan. Lalu ...di seberang ujung ibu pemilik warung penjual minuman dan latengan itu sedang menghitung jumlah minuman dan makanan yang dimakan salah seorang pembeli.

 “” Wedang setunggal, arem - arem setunggal, rokok setunggal”” ...pinten ?.  ( Minum satu gelas, arem arem satu, rokok satu batang, berapa ? )
“””Sekawan ewu “””.  ( Empat ribu ), jawab ibu penjual itu.

Weleeeeh, dalam batin awak gimana ngitungnya?. Masak minum satu gelas, arem – arem satu dan rokok satu batang, empat ribu rupiah saja. Luar biasa, lalu beliau dapat laba berapa, begitu pikir awak selanjutnya dalam batin. Walaupun begitu, saat awak duduk sebentar saja, ternyata pembeli dagangan ibu ini banyak juga lho. Subhanallah.

Setelah agak selo tidak ada pembeli sebentar, awak menyempatkan berbicara dengan beliau tentang banyak hal - tentang usia, pekerjaan suami, anak dan seterusnya.  Bahkan saat lagi ngobrol dengan beliau, cucu perempuan satu satunya, mampir dengan diantar suaminya, minta kantong  plastik, “” Untuk tempat daging ayam mbah, mau mbuat rica rica ””  kata sang cucu saat ditanya sang nenek.

Selain cucu perempuan beliau yang datang, kebenaran saat awak masih berada di warung beliau, datanglah seorang ibu dengan buku catatan. Awak tidak perlu bertanya  - awak sudah tahu kalau si Ibu dengan buku catatan ini adalah bank titil ( kreditor ) yang ber operasi di pasar ini, dan pemilik warung adalah salah satu pedagang yang meminjam duit darinya. Setelah si Ibu berlalu ...dan karena awak melihat si Ibu pemilik warung memberikan uang uang lima puluh ribuan awak pun bertanya  :

“” Ping pinten niku mbah “”. ( berapa kali bayar , Mbah ? ). Awak panggil mbah, karena menurut penuturan nya, usia beliau sudah menginjak enam puluh tahun.
“” Ping sekawan likur “” ( dua puluh empat kali )””

Tentu saja sampeyan dapat menebak sendiri berapa pinjaman awal beliau. Betul.....satu juta rupiah. Ampun dach .... sampai merinding bulu kuduk awak menulis ini. Bagaimana tidak, bisa sampeyan bayangkan  : Dalam waktu dua puluh empat hari, uang satu juta dapat berbiak menjadi satu juta dua ratus ribu rupiah.
Duh bangsaku, tega nian ( sekali ) mencekik leher sesama saudara sampeyan. Tidak ada sebulan saja, bunganya dua puluh persen.

“” Sudah bunganya segitu, yang menagih kejam lagi ”” lanjut si Ibu. Wah kalau ini awak gak bisa berkomentar , lha wong namanya saja penagih hutang. Debt collector, begitu pikir awak dalam batin.  Memang posisi sebagai peminjam selalu berbanding terbalik dengan  pemilik modal.

“”Lha kok mboten ngampil ten bank mawon to mbah mbah””” ( Lha kok tidak pinjam di bank saja, Mbah?) ..tanya ku. 
“”Oalah maaaas maaaas. sing ajeng dingge borq niku nopo “, wong kulo mboten gadah nopo nopo kok. ( Oalah mas, yang mau dipakai agunan itu apa? Saya kan tidak punya apa apa". Jawab si Ibu yang membuat awak tersentak dan trenyuh ke dua kalinya.

Awak langsung teringatsatu hal barangkali bisa menjadai solusi terbaik untuk si Ibu  : Kredit Usaha Rakyat  ( K U R ). Berbeda dengan kredit individu yang umumnya mencekik , bunga kredit usaha rakyat hanya sembilan persen tiap satu bulan, saat ini maksimum pinjaman dua puluh lima juta. Di samping tanpa agunan, jangka waktu pengembalian disesuaikan dengan kemampuan usaha. Bahkan persyaratan nya pun tidak berbelit belit – pemohon cukup membawa surat dari RT, RW , Kelurahan, lalu ke Bank dan di Bank ada  blangko standard Bank yang harus di isi. Seingat awak paling lama tiga hari setelah usaha nya ditinjau oleh Bank, KUR nya keluar, bahkan pedagang pasar yang meminjam dua juta rupiah juga dikabulkan oleh Bank.
“” Mbah ..... “” ujar awak....panjenengan saged ngampil ten bank. Kersane mboten kawratan nyaur utange”””  Cobi tindak Bank sareng Bapak ( suaminya ) , ngisi blangko pinjaman KUR. Mangke rak saged pikantuk utangan “ ( Mbah, pinjam saja ke Bank, biar tidak terlalu berat membayarnya. Coba pergi ke Bank bersama bapak, isi blangko pinjaman KUR. Nanti kan dikasih hutangan sama Bank” si Ibu pun manggut - manggut.

Sayangnya belum selesai kami bercerita dengan si Ibu, datang lagi pembeli lain berusia 40 - 50 tahun duduk di sebelah awak. Terpotong lah cerita dengan si Mbah, he he he.

Awak pun langsung pulang, begitu istri selesai berbelanja. Semoga cerita ini berguna bagi kulo lan panjenengan, dan utamanya untuk si Mbah pemilik warung , Aamiin,-

Salam, Harduk,

Rabu, 24 Mei 2017

SALATIGA SRAGEN VIA KARANG GEDE ? INI KONDISINYA

Perjalanan Dimulai!!!

Pagi semalam kira kira pukul enam empat lima, awak berangkat menuju Sragen. Dari info adik, tidak disarankan lewat jalan Gawan- Pungkruk, karena kawannya yang piyayi Gemolong saat ke Sragen, lewat Masaran. Tapi setelah awak tanya sama mas yang mbawa mobil, “”Wach kalau lewat Solo ketebihan pak“” .
Memang sich kalau ke Sragen lewat Solo, pada kecepatan yang sama dan kondisi sama -  sama tidak macet, selisih waktunya kira kira tiga puluh hingga lima puluh menit lebih lama. Ya sudah kita putuskan lewat jalur Karang gede, Gemolong Gabugan Pungkruk, kota Sragen.

Jalur Salatiga lewat Tingkir, Suruh hingga ds Redjosari, jalan sudah dan masih bagus, setelah Redjosari,  sudah banyak jalan yang berlubang, hingga jembatan Kalisat ( batas antara kabupaten Semarang dan kab. Boyolali ). Memasuki kabupaten Boyolali, jalan mulus lus lus, hot mix.  Sangat terasa perbedaan nya dengan jalan sebelumnya hingga sampai ds Miri, bila tidak salah, desa ini  masuk wilayah kab. Sragen. Lanjut  simpang empat Gemolong, pertokoan Gemolong,..... persis di depan SD Negeri satu Gemolong, kendaraan mandeg greg, antri. Rupanya persis simpang tiga Gemolong Plupuh, ds Klentang, ada pekerjaan pengecoran jalan hingga ds Peleman. Pantas saja macet nya lumayan jauh. Lepas dari kemacetan pertama, jalan yang masih aspal lama  hingga  turunan mBrumbung,  macet lagi, pengecoran hingga simpang tiga Plupuh.  Lepas dari kemacetan ini,  terkena macet lagi dimulai lapangan Gabugan, hingga simpang empat  ( pengecoran jalan juga ).



 
Klentang-Pleman

Perjalanan dilanjut , Gabugan nJono hingga sebelum jembatan Gawan lancar.  Karena jalan cor sudah kiri kanan. Nach dari simpat empat sebelum jembatan Gawan hingga Tenggak, jalan masih antri lagi. Tenggak, Taraman hingga Bulakredjo ( Sidohardjo ),  sudah cor kiri kanan sampai  persis di depan  masjid Bulakredjo. Dari depan masjid Bulakredjo sd Pungkruk jalan nya juelek sekali ( aspal yang terkelupas habis dan berlubang lubang, hedeeeh. Ampun dach. Karena di depan ada pekerjaan pengecoran jalan, jadi macetnya lumayan luaaama. Ada baiknya sampeyan belok menyusuri jalan kampung, biasanya diarahkan anak anak muda lengkap dengan kaleng cat nya. Tepatnya di ds Ngrangging. Susuri jalan kampung ini , tentunya super pelan pelan, belok kanan dua kali, maka sampeyan sudah sampai ke jalan besar semula, persis sebelum kantor kelurahan Sidohardjo.  Sidohardjo Pungkruk Kota Sragen lancar ( wong sudah jalan utama Solo Surabaya ).



Mbrumbung Simpang Tiga Plupuh

Karena keperluan awak di daerah Sine, oleh itu perjalanan lanjut via Gondang. Tahu sendirilah...ketika masih wilayah kabupaten Sragen, ds Tunggul, hingga Winong,  ya begitulah jalan nya, gak enak pulak mau awak tuliskan disini. Lepas  perbatasan dari kab. Sragen, masuk kab Ngawi, terasa kali bedanya, aspal jalan  nya hot mix, mulus lus kayak wilayah kab. Boyolali,  Karang gede – Miri, hmmmmm.....weleh weleeeeeh, kok bisa ya.

Siap keperluan di Sine, kembali ke Sragen. Karena sesuatu hal,  awak harus lewat jalur kota Sragen, ke Utara.   Tangkil , Kedungpit, Sapen,  Jati Tengah, Suwatu.  Terus terang bila lewat jalan ini,  harus benar -  benar luar biasa panjang usus kesabaran sampeyan. Begitu keluar dari Tangkil, Ngeluk hingga Jembatan Bengawan Solo, ds Kedungpit , dengan dialek  Sumatra nan hajab sampeyan dibuatnya. Dalane elek puoooool, nulis disini mrinding bulu halus awak. Setelah menunaikan  kewajiban hakiki  di Jatitengah serta istirahat sejenak, perjalanan awak lanjutkan.  Jatitengah  - Suwatu aman. Jalan sudah cor kiri kanan.  Tapi dari Suwatu - Gabusan - Bangle, hingga ds Buduran, gak usah ditulis lah. Malu. 

Oh ya....perlu awak infokan, sebelum ds Tanon bagi sampeyan yang membawa kendaraan jenis sedan, atau jenis lain yang per nya di buat ceper, harus super hati hati,  ada gundukan tanah dibuat melintang jalan lumayan tinggi.

Alhamdulillah....pukul enam belas tiga puluh, awak sudah sampai di rumah lagi, namun sejumlah tanya bergelayut di benak hingga larut , bagaimana dulur dulur awak  yang mau mudik lebaran lewat jalur  Salatiga -  Karang gede - Gemolong - Gabugan – Gawan - Pungkruk - Sragen ya. Sambil tengadah, dan ngurut dada, mugi kula lan panjenengan, mafhum. Aamiin. Bagaimana menurut sampeyan ?

Salatiga, 24 Mei 2017.
Salam, Harduk,-

Minggu, 21 Mei 2017

Wong Ndelok Iku Kendel Alok

(Sumber : https://signedevents.com/france/le-mans/march-against-monsanto-le-mans/)




 Betapa umur itu tidak bisa bohong. Sejago jago nya manusia dalam hal apa pun dapat dipastikan akan lengser dari kemampuan yang ia miliki, utamanya kemampuan fisik.

Contoh faktual barusan awak nyaksikan GP Le Mans Perancis di layar kaca. Betapa hebat dan tangguhnya VR hingga lap terakhir, tapi ia jatuh dengan hanya beberapa detik sebelum finis.

Seandainya ia tidak terlalu mengedepankan ambisi nya (ha ha ha....maaf ini hanya dugaan sementara  teman teman group diskusi olah raga beresiko ini ). Kemungkinan besar ia dapat tetap mendulang nilai, untuk menggapai juara dunia 2017, atau minimal naik podium juara dua.

Tetapi itulah manusia atau menungso. kata orang zaman jarwo dosok nya arti harfiahnya wis menus menus isih ngongsa (Sudah perutnya kenyang, namun masih juga tanduk/nambah makanannya. Mungkin ini bisa sebagai gambaran model membalap sang legendaris motor GP ini.

Atau kalau hal ini dimasukkan ke dalam  AKU sebagai konsep  Ambisi Kemampuan Usaha ini adalah sebuah bentuk ambisi bagus meraih podium kampiun satu. Tetapi kalau Ambisi ini sudah melewati batas Kemampuan, walaupun Usaha nya juga maksimal, bisa jadi hasil nya tidak sebagaimana yang diharapkan.

Bisa dibayangkan usia VR sudah tiga puluh delapan tahun dan bersaing dengan MV yang berusia dua puluh dua tahun. Selisih usia yang  sangat jauh untuk olah raga yang membutuhkan ketahanan, kekuatan fisik dan ke akuratan mengendarai yang luar biasa ini.

Namanya saja awak hanya nonton /  ndelok - kendel alok. Karena awak bisanya hanya melihat saja dan komentar, wong  ndelok iku bisane mung kendel alok (orang nonton itu bisanya hanya komentar). Semoga saya dan sampeyan dapat memetik fenomena VR jatuh di lap akhir ini. Aamiin.

Bagaimana menurut sampeyan ?


Salatiga, 21 Mei 2017
Salam, Harduk,-

Sabtu, 20 Mei 2017

ANTARA SETENGAH TIGA HINGGA SETENGAH LIMA

Perjalanan Hari Ini (Sumber : Dokumen Pribadi)


Alhamdulillah .... sore semalam awak harus menunggu sesuatu, antara setengah tiga hingga setengah lima sore.

Jujur....bagi awak tempat yang paling representatif menunggu untuk jam - jam segitu, dan di lokasi itu ya di masjid. Lokasi tepatnya masjid ini di kompleks perumahan Banyumanik. Bila sampeyan dari Salatiga tidak lewat jalan tol, maka sampeyan dapat belok kanan, persis  terminal Banyumanik, susuri jalan itu hingga sebelum simpang empat menuju Jalan Tusam Timur.  Namun bila sampeyan lewat jalan tol, maka sampeyan tinggal menyusuri jalan yang menuju perumahan Banyumanik via Jalan Tusam Timur. Persis setelah simpang empat di situlah letak masjid Al Muhajirin. Maaf bagi sampeyan yang gak tahu lokasi ini, ya dibaca saja .... siapa tahu sampeyan suatu saat ada keperluan di daerah ini, gak payah mencarinya.  Aamiin.

Betapa manusia itu akan selalu mencari keseimbangan sendiri. Yang awak maksud adalah keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Betapa tidak, persis awak nyampai dari Salatiga, dan duduk di teras masjid, kira kira setengah tiga, kendaraan yang ada hanya beberapa. Namun setelah pukul lima belas lapan belas, lima belas sembilan belas, kendaraan yang di parkir memenuhi  halaman samping kanan dan depan masjid, hebat dan syabas. Apakah berhenti di situ saja kegiatan masjid ini ? 

Tidak .... karena semakin sore kendaraan semakin ramai, lamat lamat terdengar lantunan ayat - ayat suci, yang majelis taklim sedang mengadakan pengajian di sayap kiri masjid. Subhanallah. Karena yang harus awak tunggu sudah siap, awak harus balik Salatiga lagi.

Alhamdulillah....kegiatan hari ini sudah awak tunaikan, semoga barokah. Aamiin.

Bagaimana menurut sampeyan ?


Salatiga 20 Mei 2017.
Salam, Harduk,-