Makan enak itu sungguh menggoda.....tapi...
Pada umumnya, makan malam dilakukan sekitar pukul enam sore,
namun bisa sebelumnya atau sesudahnya, sekitar Magrib lah. Hingga yang dimaksud
dengan Mindo ( istilah dalam bahasa Jawa ) adalah makan untuk yang ke
dua kalinya, setelah makan malam dilakukan. Kata Mindo hanya digunakan untuk makan
malam saja dan bukan makan siang atau sarapan. Dan bahkan istilah ini tidak
dapat dipakai untuk selain makan.
Bila sampeyan mendengar kata dalam bahasa
Jawa , mindon gaweni, berarti ada seseorang yang melakukan suatu pekerjaan, namun dalam
mengerjakan nya tidak secara tuntas. Oleh karena itu untuk pekerjaan yang sama, harus
diulang agar pekerjaan tersebut benar - benar
selesai seperti yang diharapkan. Hal inilah yang disebut dengan mindon
gaweni.
Kembali dengan ceritera tentang mindo.
Banyak dari diri kita sering tidak menyadari atas perilaku
mindo ini. Biasa nya .... dalam batin ada bisikan : “Toh perut masih bisa
menampung yang di makan...atau toh jeda waktu makan malam sudah lama, atau bahkan
merasa tidak enak hati ... jadi ya .... makan lagi saja ...saya kira gak apa
apa,”
Singkirkan semua dalih itu, dan kekeuhlah dengan kebiasaan
baik tindak mindo, karena itu adalah awal dari terbentuk nya salah satu well
being anda.
Terimakasih ibu, penjenengan sudah menanamkan kebiasaan ( cara
hidup ) sehat yang luar biasa dan sangat bermanfaat . Walau tidak disampaikan
secara gamblang dan harfiah pemaknaan nya, namun bila ditelisik lebih jauh,
makan malam ke dua ( mindo ) dapat ber
akibat terhadap menumpuknya karbohidrat. Sedangkan makan malam yang hanya
dilakukan sekali, tetapi langsung tidur, tanpa jeda saja,akan ber akibat tidak baik bagi kesehatan, apalagi dengan
mindo.
Makan enak itu memang menggoda, bila mindo dilakukan
secara terus - menerus dan tidak disadari lalu menjadi kebiasaan, bahkan
tidak dibarengi dengan olah raga teratur, maka cepat atau lambat, ia dapat sebagai pemicu penyakit
itu akan datang menghampiri. Iya kalau penyakitnya kelihatan. Lha kalau
penyakitnya jenis yang tidak kelihatan seperti misalnya DM, menyerangnya akan ke segala penjuru tubuh. Wallahu a’lam.
Yang awak ingat, setiap bapak siap menghadiri
kenduri malam hari dari rumah tetangga, dapat dipastikan pulangnya tentu ngasto ( ngasto
bahasa Jawa membawa ) nasi gurih bungkus
daun jati, dengan potongan daging ayam ingkung ( ingkung = istilah bahasa Jawa
untuk jenis masakan ayam untuk lauk kenduri ). Lalu, .... ibu ngendiko seperti biasanya , “”sudah
tidur sana, tadi kan sudah makan, itu untuk sarapan besuk pagi saja””.
Benar apa yang ditulis Stephen R. Covey, bahwa kebiasaan
yang dilakukan ber ulang - ulang, akan
membentuk kepribadian.
Bagaimana menurut sampeyan ?
Salam, Harduk,-
Bangkinang, 7 Juni 2017.
Setuju pak Har utk tidak mindo....
BalasHapusHe he he....mtr nuwun atensinya.
Hapus