Rabu, 07 Juni 2017

WELL BEING 4...Berperilaku tidak mindo.



 Makan enak itu sungguh menggoda.....tapi...

Pada umumnya, makan malam dilakukan sekitar pukul enam sore, namun bisa sebelumnya atau sesudahnya, sekitar Magrib lah. Hingga yang dimaksud dengan Mindo ( istilah dalam bahasa Jawa ) adalah makan untuk yang ke dua kalinya, setelah makan malam dilakukan. Kata Mindo hanya digunakan untuk makan malam saja dan bukan makan siang atau sarapan. Dan bahkan istilah ini tidak dapat dipakai untuk selain makan. 

Bila sampeyan mendengar kata dalam bahasa Jawa , mindon gaweni, berarti ada seseorang yang  melakukan suatu pekerjaan, namun dalam mengerjakan nya tidak secara tuntas. Oleh karena itu untuk pekerjaan yang sama, harus diulang  agar pekerjaan tersebut benar - benar selesai seperti yang diharapkan. Hal inilah yang disebut dengan mindon gaweni.

Kembali dengan ceritera tentang mindo.

Banyak dari diri kita sering tidak menyadari atas perilaku mindo ini. Biasa nya .... dalam batin ada bisikan : “Toh perut masih bisa menampung yang di makan...atau toh jeda waktu makan malam sudah lama, atau bahkan merasa tidak enak hati ... jadi ya .... makan lagi saja ...saya kira gak apa apa,”

Singkirkan semua dalih itu, dan kekeuhlah dengan kebiasaan baik tindak mindo, karena itu adalah awal dari terbentuk nya salah satu well being anda.

Terimakasih ibu, penjenengan sudah menanamkan kebiasaan ( cara hidup ) sehat yang luar biasa dan sangat bermanfaat . Walau tidak disampaikan secara gamblang dan harfiah pemaknaan nya, namun bila ditelisik lebih jauh, makan malam ke dua  ( mindo ) dapat ber akibat terhadap menumpuknya karbohidrat. Sedangkan makan malam yang hanya dilakukan sekali, tetapi langsung tidur, tanpa jeda saja,akan ber akibat tidak baik bagi kesehatan, apalagi dengan mindo.

Makan enak itu memang menggoda, bila mindo dilakukan secara terus - menerus dan tidak disadari lalu menjadi kebiasaan, bahkan tidak dibarengi dengan olah raga teratur, maka cepat atau lambat, ia dapat sebagai pemicu penyakit itu akan datang menghampiri. Iya kalau penyakitnya kelihatan. Lha kalau penyakitnya jenis yang tidak kelihatan seperti misalnya DM, menyerangnya akan ke segala penjuru tubuh. Wallahu a’lam.

Yang awak ingat, setiap bapak siap menghadiri kenduri malam hari dari rumah tetangga, dapat dipastikan pulangnya tentu ngasto ( ngasto bahasa Jawa membawa ) nasi gurih  bungkus daun jati, dengan potongan daging ayam ingkung ( ingkung = istilah bahasa Jawa untuk jenis masakan ayam untuk lauk kenduri ). Lalu, .... ibu  ngendiko seperti biasanya , “”sudah tidur sana, tadi kan sudah makan, itu untuk sarapan besuk pagi saja””.
 
Benar apa yang ditulis Stephen R. Covey, bahwa kebiasaan yang dilakukan ber ulang -  ulang, akan membentuk kepribadian.

Perilaku tidak mindo ini terbawa hingga sekarang, semata - mata  untuk menjaga kesehatan. Oleh itu kalau mendapat undangan kenduri di malam hari, harus berusaha tidak makan malam terlebih dahulu, dan atau kalau sudah makan ya harus berani ngampet ( ngampet = menahan ) tidak mindo di tempat jamuan. Semoga panjenengan lan kula, selalu dikaruniai kesehatan rochani dan jasmani yang prima. Aamiin.

Bagaimana menurut sampeyan ?


Salam, Harduk,-
Bangkinang, 7 Juni 2017.



2 komentar: