*MBok Yah.*
Mruput ( pagi pagi buta ) mbok Yah sudah berangkat dari kampung nya, dengan jalan kaki...tertatih tatih, sambil gendong tenggok ( kranjang ayaman bambu ) penuh dengan ayam dan masih nyangking ( membawa dengan tangan ) tas plastik juga berisi ayam.
Selangkah demi selangkah, sambil beliau melantunkan dengan lirih bait demi bait, pitutur kehidupan, nan menyentuh.
*Ono kidung rumekso ing wengi, Teguh hayu luput ing lelara.
Luput ing bilahi kabeh, Jin setan datan purun. Paneluhan tan ana wani,
Miwah panggawe ala. Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta, maling adoh tan ana ngarah ing mami.
Tuju guna pan sirno*
(Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna - guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.)
Kidung ini biasa dinyanyikan pada malam hari. Sebagaimana maknanya, Kidung Rumekso Ing Wengi bertujuan menyingkirkan diri dari balak atau gangguan, baik yang nampak maupun tidak. Kidung ini juga mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Alloh. Sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa beriman dan bertaqwa padaNYA.
*Luar biasah mbok Yah* yang sudah berumur ini, ternyata masih lekat dalam ingatan nya, melantunkan kidung pitutur yang dalam. Tertatih - tatih beliau berjalan dengan beban di punggung dan tas anyaman plastik tangan nya yang berisi ayam, untuk tetap menjalani kehidupan yang dianugerahkan padanya.
Sungguh semangat yang patut diteladani, dalam gegap gempitanya kehidupan, beliau menjalani kehidupan dengan semeleh pada yang Maha Kuasa.
*Walau harus berdagang di perko ( emper toko), mbok Yah menjajakan ayam - ayam itu sembari mengharap barokahNYA dan tetap disiplin bermasker.* Semangat mbok Yah nggih.
Salam, -
Haryono