Ramuan temu lawak, temu ireng dan kunyit putih
Bulan semalam, awak bertemu
dengan teman, ia bersama istrinya, sang istri dalam kondisi tidak
sehat, dengan beberapa bagian tubuh bengkak – bengkak utamanya bagian kaki,
hingga sampai sulit berjalan. Sebulan setelah pertemuan pertama itu, kami
bertemu lagi, alhamdulillah sudah tidak bengkak – bengkak lagi, dan sudah dapat
berkegiatan sebagaimana biasanya.
Dari penuturan nya ia mendapatkan
resep dari saudaranya yang sudah berumur lebih dari tujuh puluh tahun, yaitu
dengan minum ramuan herbal rebusan temu lawak, temu ireng dan kunyit putih.
Hingga sampai saat ini ( bulan ke dua ) masih ia lakukan.
Di saat yang sama, awak juga
bertemu dengan sahabat yang lain, yang menceritakan kondisi orang tuanya yang
sudah cukup lama menderita gangguan tekanan darah lumayan tinggi, untuk ukuran
usia beliau. Lalu di minum ramuan herbal juga. Alhamdulillah sudah ber sangsur
angsur pulih kembali. Rambut jagung ( bukan jagung manis ) dengan jumlah
tertentu, di rebus dengan api kecil. Sisakan
airnya hingga tinggal separuh dari jumlah semula, lalu diminum setiap pagi dan
sore.
Luar biasa memang, kemampuan
beradaptasi orang-orang tua kita zaman dahulu, utamanya mensikapi kondisi lingkungan
alam, hingga memperoleh manfaat bagi diri sendiri maupun lingkungan nya secara
turun temurun, hingga beliau - beliau dalam kondisi sehat hingga usia sepuh (
tua ). Kalau boleh awak sebut orang -
orang tua zaman dulu ini memiliki “ilmu titen “.
Ilmu titen, secara harfiah adalah
ilmu yang didapatkan berdasarkan kepada pengalaman. Yaitu menandai kejadian yang
dialami, yang menimpa diri dan atau lingkungan nya, lalu dicari jalan keluar
terbaik berdasarkan pengalaman masa lalu, atas penuturan orang tua maupun
lingkungan nya. Karena kejadian – kejadian serupa dan ditangani dengan
perlakuakn yang tidak jauh berbeda bahkan bisa sama persis, sehingga ditandai
lah, kejadian kejadian dimaksud. Lalu hal itu ditularkan kepada saudara dan
handai taulan bahkan kepada tetangga yang membutuhkan nya. Oleh itu awak
menyebutnya sebagai “ ilmu titen “. Bisa dibayangkan kalau pada saat itu, tidak
memiliki ilmu titen ini, apakah beliau – beliau dapat secara maksimal memelihara
kesehatan secara optimal.
Mungkin saja, hingga sekarang, hal
- hal baik ini masih dilakukan ( yang tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran
modern tentunya ). Utamanya pada kondisi yang mendesak, dan atau untuk
preventif. Banyak kebiasaan – kebiasaan baik dari orang – orang tua zaman
dahulu, perlu dilestarikan, dan bahkan ada baiknya hal tersebut di urai hingga
mendapatkan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
Banyak hal, yang kadang – kadang tidak
terpikirkan, namun ternyata memiliki manfaat yang luar biasa. Misal ; Jeruk
nipis dengan kecap yang dihangatkan, dapat meredakan batuk. Bahkan daun jarak
di pagar pun bermanfaat bagi ibu yang baru melahirkan pertama kalinya, daun
jarak dioles dengan sedikit minyak kelapa, dihangatkan hingga layu, lalu tempelkan
pada buah dada yang mengeras. Bila tidak ada daun jarak, daun ketela rambat dan atau daun lembayung pun
dapat digunakan untuk keperluan yang sama. Daun ketela pohon juga bermanfaat bagi yang sedang menderita sulit buang angin ( kentut ). Remas secukupnya daun ketela pohon, campur dengan minyak tanah, lalu oleskan pada perut.
Untuk mencegah ingusan ( bersin - bersin ), hirup
air hingga sampai pada ujung hidung atas pada saat wudlu, lalu keluarkan air
yang disedot itu bersama ingusnya ( sisi = bahasa Jawa ). Bila sudah terlanjur
pilek, seduh dengan air panas asam kawak ( asam Jawa yang sudah lama ), bila
pilek bercampur dengan batuk sertakan
cabe rawit yang sudah dicuci lima biji utuh. Bila tidak memiliki riwayat DM,
sertakan gula batu, atau gula aren ( enau ) secukupnya, dan minum wedang asam tersebut
pada saat masih hangat. Semoga bermanfaat, bagi panjenengan lan kula. Aamiin.
Bagaimana menurut sampeyan ?
Salam, Harduk,-
Salatiga, 26 Juni 2017