Kamis, 09 April 2020

BERBAGI.


Al kisah diceritakan oleh sang  penutur kepadaku, lalu awak tuturkan cerita ini ke panjenengan, semoga cerita yang saya ceritakan ke sampeyan ini , tidak mengurangi isi dan makna dari penutur, dan awak tetap mendapatkan ridho atas apa yang saya lakukan. Aamiin

Begitulah awal mula beliau bercerita. Beliau ini adalah salah satu tampuk pimpinan di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup termasyhur di negeri kita tercinta.

Adalah suatu saat ada office boy yang awak tanya. " Kim ( nama lengkapnya Abdul Hakim ) ....kenapa kamu gak kuliah" .....tanyaku.
 Demikian kubuka obrolan pagi itu, saat  office boy nyajikan teh di meja saya.

" Walah .... boro - boro kuliah  pak......... sing di ngge (  yang dipakai ) kuliah niku nggih nopo to pak,....pak ", dengan muka ditekuk takzim serius.

Wong kula niku naming ( saya itu hanya ) lulusan  tsanafiyah ( MTs ) mawon". 

Riyin nggih pun sempat mlebet ( dulu ya sempat masuk ) Aliyah..... nanging mung ngantos kelas kalih pertengahan ( tetapi hanya sampai kelas dua ), lha terus mboten gadah arto kangge ( lalu gak punya uang untuk ) mbayar iuran sekolah. 
Jadinya .... ya begini ini pak :  ngofis boy mawon ( saja )....... jawabnya sambil senyum gundah di wajahnya.

Dalam batin awak.... mak gregel ( tersendat ) dalam hati .... betapa aku sangat bersyukur :  almarhumah dan almarhum orang tua ku dulu ngragatiku ( membiayaiku ) dan saudara saudara ku .... jungkir balik .... bak kepala untuk kaki, kaki untuk kepala .... bahkan boleh di ibaratkan entek dadah entek ngomah ( habis habisan ). Hingga kami dapat kuliah minimal selesai sarjana. Alhamdulillah.

Ingat ini malah buliran hangat menetes satu per satu di pipiku. Ya Allah tempatkan orang tua kami di kubur MU yang lapang dan terbaik ya Rabb. *Allahumafirlaghum warhamhum wa'afihi wa'fuanhum* . Aamiin

 ***

Terseret sebentar dari lamunan. Ku lanjutkan obrolan tadi. Lho.... lha wong sekolah mu itu kan sekolah  yang orang saat ini pada mencari ke hakikatnya hidup, kok malah berhenti  .... kepiye to.

Demikian awal obrolan saat itu, hingga pembicaraan kami ber dua berlanjut, sampai pada keputusan ia akan sekolah lagi, namun tetap ngofis boy. 

Tahun berganti, tak terasa, suatu pagi setelah ia ngidangkan teh di meja ku. Dia nyodorkan kertas kelulusan nya. 

"Alhamdulillah bapak, ini berkat dorongan bapak, saya sudah lulus ... ujian persamaan SMTA. 

Sambil saya salami dia, pun langsung ku beri tahu, *ya sudah tahun ajaran baru nanti kamu ikut kuliah.*
Ngadep pak Irsam ( pak Irsam, adalah kepala bagian adminiatrasi di PT ini ). Ia hanya melongo, saja dengan berkata lirih. Ya pak,.... permisi

Saat Abdul Hakim sudah keluar ruangan, awak bel beliau, bahwa akan menghadap office boy yang akan mendaftar kuliah, dan bla bla bla......
Jawab di seberang sana, "siap pak."   ( bersambung )


Salam,-
Haryono 

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar