Al kisah diceritakan oleh sang
penutur kepadaku, lalu awak tuturkan cerita ini ke panjenengan, semoga cerita yang saya
ceritakan ke sampeyan ini , tidak mengurangi isi dan makna dari penutur, dan awak
tetap mendapatkan ridho atas apa yang saya lakukan. Aamiin
Begitulah awal mula beliau
bercerita. Beliau ini adalah salah satu tampuk pimpinan di salah satu perguruan
tinggi swasta yang cukup termasyhur di negeri kita tercinta.
Adalah suatu saat ada office boy
yang awak tanya. " Kim ( nama lengkapnya Abdul Hakim ) ....kenapa kamu gak
kuliah" .....tanyaku.
Demikian kubuka obrolan pagi itu,
saat office boy nyajikan teh di meja saya.
" Walah .... boro - boro kuliah pak......... sing di ngge ( yang dipakai ) kuliah niku nggih nopo to
pak,....pak ", dengan muka ditekuk takzim serius.
Wong kula niku naming ( saya itu hanya ) lulusan tsanafiyah ( MTs )
mawon".
Riyin nggih pun sempat mlebet ( dulu ya sempat masuk ) Aliyah..... nanging mung ngantos
kelas kalih pertengahan ( tetapi hanya sampai kelas dua ), lha terus mboten gadah arto kangge ( lalu gak punya uang untuk ) mbayar iuran
sekolah.
Jadinya .... ya begini ini pak : ngofis boy mawon ( saja )....... jawabnya
sambil senyum gundah di wajahnya.
Dalam batin awak.... mak gregel ( tersendat ) dalam hati .... betapa aku sangat bersyukur : almarhumah dan almarhum
orang tua ku dulu ngragatiku ( membiayaiku ) dan saudara saudara ku .... jungkir balik .... bak
kepala untuk kaki, kaki untuk kepala .... bahkan boleh di ibaratkan entek dadah
entek ngomah ( habis habisan ). Hingga kami dapat kuliah minimal selesai sarjana. Alhamdulillah.
Ingat ini malah buliran hangat
menetes satu per satu di pipiku. Ya Allah tempatkan orang tua kami di kubur MU
yang lapang dan terbaik ya Rabb. *Allahumafirlaghum warhamhum wa'afihi
wa'fuanhum* . Aamiin
***
Terseret sebentar dari lamunan.
Ku lanjutkan obrolan tadi. Lho.... lha wong sekolah mu itu kan sekolah yang
orang saat ini pada mencari ke hakikatnya hidup, kok malah berhenti .... kepiye to.
Demikian awal obrolan saat itu,
hingga pembicaraan kami ber dua berlanjut, sampai pada keputusan ia akan sekolah lagi, namun tetap ngofis boy.
Tahun berganti, tak terasa, suatu
pagi setelah ia ngidangkan teh di meja ku. Dia nyodorkan kertas kelulusan
nya.
"Alhamdulillah bapak, ini
berkat dorongan bapak, saya sudah lulus ... ujian persamaan SMTA.
Sambil saya salami dia, pun langsung
ku beri tahu, *ya sudah tahun ajaran baru nanti kamu ikut kuliah.*
Ngadep pak Irsam ( pak Irsam, adalah
kepala bagian adminiatrasi di PT ini ). Ia hanya melongo, saja dengan berkata
lirih. Ya pak,.... permisi
Saat Abdul Hakim sudah keluar ruangan, awak bel beliau, bahwa akan menghadap office boy yang akan mendaftar kuliah, dan bla bla bla......
Jawab di seberang sana, "siap pak." ( bersambung )
Salam,-
Haryono
Haryono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar