Saat mendekati tahun perkulihan.
Awak bertemu Hakim. "Gimana Kim, sudah njumpai pak Irsam" tanyaku.
"""Sampun pak.....lha malah kula bade matur
bapak."", ( sudah pak …. saya mau bilang sama bapak ) .
"Opo ? Tanyaku"
"Lha mangke nopo sekeca. Wong kula ofis boy kok
.... nderek kuliah ten nglebet ruangan." . ( Lha nanti apa enak, wong saya office boy kok ikut kuliah
di dalam ruangan ).
Tanya nya.
Jawabku serta merta : Lha
memangnya kenapa, ...... ora enak karo
sopo. ( gak enak sama siapa )
Kamu siap bersih - bersih, lalu ikut
duduk di barisan paling belakang.
Pak Dosen nya ngasih kuliah, kamu
gak duduk di situ pun, beliau juga mengajar kan.
*Saya ulangi sekali lagi " Ada
atau tidak ada kamu, beliau akan tetap mengajar di kelas itu."
Kan gak ada hubungan nya, dengan
kamu duduk di ruangan itu dan atau kamu gak duduk di ruangan itu to."*
*Yang penting semua tugas - tugas
kamu beres, dan bahkan kamu harus lebih rajin dari sebelumnya dan hasil
pekerjaan mu lebih baik*
Lagian administrasimu dengan pak
Irsam sudah beres kan.
""Sampun
pak.....Alhamdulillah...malah kula diparingi sangu, kaliyan pak Irsam
kangge tumbas buku tulis ball point kaliyan arto ngge potocopy niku pak
."" ( Sudah pak….justru saya diberi buku tulis, ball point dan uang untuk
poocopi pak ). “” Jawabnya.
***
Waktu pun berjalan....tak hendak
berhenti.
Dosen dosen ( utamanya dosen tetap )
juga bisik - bisik ... 'kok Hakim akhir - akhir ini sering ikut duduk di
belakang ya pak' .
Itu yang kudengar selentingan
pembicaraan nya.
Lho ....di kuliahku semalam juga
ikut tuh. Apa nama Abdul H ....ini ya. Ada salah satu dosen yang nunjukkan
absen kelas nya.
Dalam
batin ku.....ya biar saja lah, wong ada dia atau
gak ada dia .. bapak - bapak kan juga mengajar.
Dan kami ( lembaga ) sudah menunaikan kewajiban sesuai
dengan aturan yang ada. Biarlah berjalan sebagaimana mestinya.
Tiba suatu semester. Hakim menghadap
saya.
""Bapak ... semester ini
ada mata kuliah yang diampu pak Warsito itu gimana ya pak sebaiknya
saya""?
*"Gimana gimana gimana? Ya
kuliah saja"* Dengan enteng ku jawab pertanya an nya.
Beliau bapak Warsito, di PT ini termasuk salah satu pimpinan
Yayasan, jadi beliau tahu persis siapa Abdul Hakim.
Kebeneran saya belum sempat bertemu
dengan beliau untuk membicarakan hal ini. Biarlah berproses alamiah apa
yang akan terjadi nanti bila beliau bertemu dengan Hakim, bila ikut duduk di
ruang kuliah. Ya diselesaikan nanti saja lah. Batin ku.
Suatu waktu ....pak Warsito ngendiko
:
"Lho itu kan Hakim ...kok
ikut duduk di belakang. Apa dia ikut kuliah juga ya .
Oooo.. …… Berarti benar rupanya
selentingan beberapa dosen. Bahwa Hakim ikut kuliah." Itu cerita
beliau ke saya saat kami bertemu dengan beliau dan beliau mengungkapkan tentang
hal tersebut. Sambil beliau membawa daftar absen mata kuliah yang beliau ampu.
"Emang administrasinya
sudah beres ya pak?" tanya beliau.
"Dengan senyam senyum awak
jawab : Semestinya sudah, wong bagian pengajaran juga sudah mengeluarkan
daftar absen, berarti tidak ada ganjalan administrasi. Jawabku."
Mmmmmmm…… hanya begitu juga beliau
menggumam,
Hingga tibalah suatu saat tiba -
tiba Hakim menghadap dengan muka serius, sambil menunjukkan wajah semburat
sedih mendalam.
""Bapak, ......saya mohon izin keluar gak melanjutkan kuliah lagi
pak"" ujarnya
Loh ....kenapa?
Ada mata kuliah yang paling saya
takuti pak. Dari dulu saya paling lemah kalau hitung menghitung. Ini ada mata kuliah matematika itu gimana
pak ya. Ikut dua kali saja ....kepala saya pusing sekali".
Apa jawabku coba. Sampeyan tebak.
Itu yang benar Kim.....yang
namanya kuliah, kalau kamu gak pusing, berarti kamu gak mikir.
Lalu supaya gak pusing,
caranya ..... kalau orang lain
sekali membaca sudah tahu. Kamu ya dua kali, bahkan bisa jadi tiga kali
mengulangi membacanya agar kamu tahu.
Kalau masih belum tahu.... berguru atau bertanya kepada yang
lebih tahu. Maka nanti kamu akan tahu.
Itu jawabku.
Mlongo saja dia atas
jawabanku. ( bersambung )
Salam,-
Haryono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar