Selasa, 06 Juni 2017

TITIP RINDU BUAT AYAH



MBAH KUNG ...alm.

Pernahkah mempertanyakan dalam batin terdalam, tentang arti ayah bagi kehidupan kita. Mungkin teringat senyumnya, bicaranya, kidung yang beliau bawakan, atau bau kopi pagi yang selalu merasuk dari meja duduk depan. Atau di saat sampeyan berjalan di pematang sawah …. membayangkan saat beliau membimbing dan mengajari kita berjalan di galengan ( galengan = pemisah antar pematang ) yang licin dengan berkaki telanjang agar tidak terpeleset tercebur di pematang sebelah kiri dan parit di sebelah kanan ? . Atau saat mendengar lagu Titip Rindu Buat Ayah karya Ebiet G Ade, dengan bait syairnya yang puitis mengena, seolah beliau selalu awet bersama kita.
***
Bagi seorang yang sudah dewasa, atau yang sedang jauh dari orangtua, lazimnya akan sering merasa kangen dengan ibu. Bagaimana dengan ayah ?. Apakah itu karena stigma, atau memang kodrat Yang Maha Kuasa mengehendaki.  Tetapi itulah adanya, dan tidak usah kita berusaha mengubahnya. Atau mungkin karena ibu lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaanmu, kesehatanmu, kuliahmu, pekerjaanmu, sehingga hal itu bisa terjadi ?. 
Kalaupun itu alasannya, tahukah kamu, bahwa ternyata ayahlah yang selalu mengingatkan ibu untuk menelponmu .

Saat kecil ibulah yang lebih sering mendongeng. Tetapi tahukah kamu bahwa sepulang ayah bekerja dengan wajah kuyu selalu menanyakan pada ibu, apa saja yang telah kamu lakukan seharian. Lalu saat  kamu sakit batuk / pilek, ayah dengan suara baritonnya  ; "Sudah dibilang ! jangan minum es  !". Masih saja meminumnya. 
Tetapi tahukah kamu, bahwa saat - saat itulah ayah sangat khawatir terhadap dirimu.
***
Ketika kamu remaja, kamu menuntut untuk dapat izin keluar rumah, tetapi ayah berkata tegas “ tidak boleh “.  Sadarkah kamu bahwa ayah hanya ingin menjagamu. Karena bagi ayah, kamu adalah sesuatu yang berharga. Saat kamu sudah menginjak ke usia kedewasaan dan kamu rasanya bisa dipercaya, ayah melonggarkan peraturannya, membolehkan untuk keluar malam, walaupun ayah tetap saja dengan hati yang gundah.
Dugaan ibu ternyata benar, kamu memaksa  untuk melanggar peraturan jam malamnya. Apa yang dilakukan ayah ;….. menunggu di ruang tamu dengan amat sangat khawatir. 
Ketika kamu dewasa dan harus  di kota lain, ayah harus melepasmu. Tahukah kamu bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu. Dan ayah sangat ingin menangis. Di saat kamu memerlukan sesuatu, ayah hanya mengernyitkan dahi, dengan tanpa menolak, lalu memenuhi permintaan itu.

Saat kamu di wisuda, ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu, dan ayah tersenyum bangga dan bahagia karenanya.
Masih ingat kah kamu saat kamu kecil dulu, bila badan mu panas, dan saat ibu mu sudah lelah menggendongmu, maka ayah dengan telanjang dada, mendekap mu, sambil kamu harus melihat wajah ibumu di dapur, lalu ku alunkan kidung ini   ; Ana kidung rumekso ing wengi. Teguh hayu luput ing leloro. Luput ing bilahi kabeh. Jim setan datan purun. Paneluhan tan ono wani. Miwah panggawe olo. Gunaning wong luput. Geni atemahan tirto. Maling adoh tan ono ngarah ing mami. Guno dudu tan sirno  ( Kidung karya Sunan Kalijogo ).
Terjemahan bebasnya : Dengan doa di saat malam, menyebabkan kuat selamat terbebas dari segala penyakit segala petaka. Jin dan setan pun tidak mau, segala jenis sihir pun tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. . Guna guna dari perbuatan orang tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dari ku. Segala bahaya akan lenyap. Tidak terlampau lama dirimu terlelap dalam belai dukungan ayah.
Bait lagu Ebiet G Ade ini yang selalu menyentuh hati terdalam ku : Ayah dalam hening sepi kurindu. Untuk menuai padi milik kita. Tapi kerinduan tetap kerinduan. 

Allahumaghfirlahum warhamhum wa’afihi wa’fuanhum... Aamiin. Alluhumma firlaha warhamha wa'afihi wa'fuanha. Aamiin.. 
Semoga Allah Subhanna wa ta'ala mengampuni dosa ke dua orang tua kami. Aamiin

Salam, Harduk,-
Bangkinang, 6 Juni 2017

3 komentar:

  1. Allahumaghfirlahum warhamhum wa'afihii wa'fu'anhum..

    Mengingatkan saya dgn keras.. ktika bpk ibu skr msh ada..
    Barakallah...bi walidaihi ikhsan...

    BalasHapus