Sabtu, 03 Juni 2017

RENANG YOK ... ( tapi bulan depan yo )




Dalam satu kesempatan, awak ngobrol dengan sohib di kampung awak, dan beliau membicarakan cucu yang sedang lucu lucunya dan senang bila diajak ke kolam renang. ( Ha ha ha ... dalam batin awak...siapa sich anak kecil yang tidak senang dibawa bermain air, rasanya sangat langka itu terjadi ). Tetapi yang namanya kawan, masak awak tega mau ngomong yang awak batin. He he he. “ Namun sayangnya saya nggak bisa berenang “. Itu kata beliau. Singkat cerita ..... awak menawarkan diri untuk menemani beliau sama sama berlatih. Namun karena kami sama sama pengacara, hingga sampai saat ini, belum kesampaian bersama beliau renang bersama.

Kalau cerita soal berenang, awak ingat masa kecil, yang awak memang tidak bisa berenang sama sekali. Lah ...kok bisa ?. Ya bisa walau dengan berbagai alasan dan dalih. Salah satunya adalah sungai di kampung kami kalau musim hujan, airnya luar biasa deras. Lagian, mana awak punya nyali, wong main ke sungai pun tidak pernah sama sekali.

Karena kecelakaan lah awak saat ini Alhamdulillah bisa berenang. Seandainya saat itu awak nggak tenggelam di DAM yang baru dibangun di kampungku. Bisa jadi hingga saat ini awak gak bisa renang. Begitulah kejadian nya..... saat awak kelas empat Sekolah Rakyat, sekolah kami kerja bakti ikut nyengkuyung membangun DAM. Kalau dinilai dengan kasat mata, seberapa besar sih tenaga anak SR kelas empat lima dan enam harus ikut kerja bakti. Tetapi kenangan ikut kerja bakti itu ternyata melekat hingga sekarang.

Nach pada saat kerja bakti itulah, awak yang tidak tahu juntrungan nya, ikut nyebur bergabung dengan teman - teman awak.  Sementara tempat itu, boleh dikata kedung ( kedung bahasa Jawa bagian terdalam dari sungai ). Begitu awak nyebur, langsung leeeeeeeb, hanya telapak tangan awak saja yang  terasa tidak tenggelam dalam air. Secara reflek, telapak tangan awak ngawe awe ( ngawe awe bahasa Jawa memanggil untuk minta tolong ). Saat itu lah salah satu peserta kerja bakti ( awak biasa memanggil beliau Lik Narto ) tanggap apa yang terjadi dan langsung menarik tangan awak.  Alhamdulillah......awak selamat.

Beberapa hari kemudian ibu awak, baru tahu peristiwa itu. Seperti kebiasaan ibu kami, langsung awak didekati dan di dekap sambil di elus elus kepala awak, tanpa sepatah kata pun yang ter ucap, hanya tangis beliau lah yang awak rasakan. Allahummaghfir lii wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbyanii shaghiraa. Aamiin.

Dari peristiwa itulah awak terpicu,  “ harus bisa berenang “.  Kehidupan berlanjut, awak masuk SMP Negeri di kabupaten yang kebenaran di kota kabupaten kami ada pabrik gula, dan setiap musim kemarau pabrik itu menggiling tebu, kurang lebih hingga tiga bulan lamanya. Awak gak kurang akal ....lha wong tempat kos kami dekat dengan pabrik dimaksud. Ya sudah namanya anak remaja dalam perkembangan termasuk masa “rebeli ke dua “. Awak rayulah abang awak untuk melatih awak renang di kolam pendinginan air pabrik gula itu.

“Panas iku “  kata abang awak.  Tapi dasar awak , “ Gak kok .....wong aku sudah ke sana, airnya  hangat ... gak panas – panas banget “ . Singkat cerita selama tiga bulan periode pabrik gula itu giling, berlatih lah awak di kolam hangat  bak pendinginan pabrik itu. ( Makasih pak de Bambang ya ), Oh ya...just info, seingat awak saat itu di kota kami belum ada kolam renang nya.
Alhamdulillah, .... walau berenang dengan gaya seadanya, yang penting dari saat itu, awak  boleh dikata sudah bisa berenang lah. Dan singkat cerita , karena sekolah awak berlanjut di kota  Solo, dan ada kolam renang, sementara kost awak juga dekat dengan kolam renang, hingga hampir tiap saat awak bisa berlatih renang. 

 Kolam renang yang rutin awak kunjungi belakangan ini



Bersyukur hingga saat ini awak masih berenang, semoga sampeyan juga dapat berenang,  siapa tahu bermanfaat  bagi kesehatan dan atau  untuk menemani cucu – cucu sampeyan. Aamiin.
Bagaimana menurut sampeyan ?

Salatiga, 3 Juni 2017
Salam, Harduk,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar