Dalam satu kesempatan, awak
ngobrol dengan sohib di kampung awak, dan beliau membicarakan cucu yang sedang
lucu lucunya dan senang bila diajak ke kolam renang. ( Ha ha ha ... dalam batin
awak...siapa sich anak kecil yang tidak senang dibawa bermain air, rasanya
sangat langka itu terjadi ). Tetapi yang namanya kawan, masak awak tega mau
ngomong yang awak batin. He he he. “ Namun sayangnya saya nggak bisa berenang
“. Itu kata beliau. Singkat cerita ..... awak menawarkan diri untuk menemani
beliau sama sama berlatih. Namun karena kami sama sama pengacara, hingga sampai
saat ini, belum kesampaian bersama beliau renang bersama.
Kalau cerita soal berenang, awak
ingat masa kecil, yang awak memang tidak bisa berenang sama sekali. Lah ...kok bisa
?. Ya bisa walau dengan berbagai alasan dan dalih. Salah satunya adalah sungai
di kampung kami kalau musim hujan, airnya luar biasa deras. Lagian, mana awak
punya nyali, wong main ke sungai pun tidak pernah sama sekali.
Karena kecelakaan lah awak saat
ini Alhamdulillah bisa berenang. Seandainya saat itu awak nggak tenggelam di
DAM yang baru dibangun di kampungku. Bisa jadi hingga saat ini awak gak bisa
renang. Begitulah kejadian nya..... saat awak kelas empat Sekolah Rakyat, sekolah
kami kerja bakti ikut nyengkuyung membangun DAM. Kalau dinilai dengan kasat
mata, seberapa besar sih tenaga anak SR kelas empat lima dan enam harus ikut
kerja bakti. Tetapi kenangan ikut kerja bakti itu ternyata melekat hingga
sekarang.
Nach pada saat kerja bakti
itulah, awak yang tidak tahu juntrungan nya, ikut nyebur bergabung dengan teman
- teman awak. Sementara tempat itu,
boleh dikata kedung ( kedung bahasa Jawa bagian terdalam dari sungai ).
Begitu awak nyebur, langsung leeeeeeeb, hanya telapak tangan awak saja yang terasa tidak tenggelam dalam air. Secara
reflek, telapak tangan awak ngawe awe ( ngawe awe bahasa Jawa
memanggil untuk minta tolong ). Saat itu lah salah satu peserta kerja bakti (
awak biasa memanggil beliau Lik Narto ) tanggap apa yang terjadi dan langsung
menarik tangan awak. Alhamdulillah......awak selamat.
Beberapa hari kemudian ibu awak, baru
tahu peristiwa itu. Seperti kebiasaan ibu kami, langsung awak didekati dan di
dekap sambil di elus elus kepala awak, tanpa sepatah kata pun yang ter ucap,
hanya tangis beliau lah yang awak rasakan. Allahummaghfir lii wa liwaalidayya
warhamhuma kamaa rabbyanii shaghiraa. Aamiin.
Dari peristiwa itulah awak
terpicu,
“ harus bisa berenang “.
Kehidupan berlanjut, awak masuk SMP Negeri di kabupaten yang kebenaran di
kota kabupaten kami ada pabrik gula, dan setiap musim kemarau pabrik itu
menggiling tebu, kurang lebih hingga tiga bulan lamanya. Awak gak kurang akal
....lha wong tempat kos kami dekat dengan pabrik dimaksud. Ya sudah namanya
anak remaja dalam perkembangan termasuk masa “rebeli ke dua “. Awak
rayulah abang awak untuk melatih awak renang di kolam pendinginan air pabrik
gula itu.
“Panas iku “ kata abang awak. Tapi dasar awak , “ Gak kok .....wong aku
sudah ke sana, airnya hangat ... gak
panas – panas banget “ . Singkat cerita selama tiga bulan periode pabrik gula
itu giling, berlatih lah awak di kolam hangat bak pendinginan pabrik itu. ( Makasih pak de
Bambang ya ), Oh ya...just info, seingat awak saat itu di kota kami belum ada
kolam renang nya.
Alhamdulillah, .... walau
berenang dengan gaya seadanya, yang penting dari saat itu, awak boleh dikata sudah bisa berenang lah. Dan
singkat cerita , karena sekolah awak berlanjut di kota Solo, dan ada kolam renang, sementara kost
awak juga dekat dengan kolam renang, hingga hampir tiap saat awak bisa berlatih
renang.
Kolam renang yang rutin awak kunjungi belakangan ini
Bersyukur hingga saat ini awak
masih berenang, semoga sampeyan juga dapat berenang, siapa tahu bermanfaat bagi kesehatan dan atau untuk menemani cucu – cucu sampeyan. Aamiin.
Bagaimana menurut sampeyan ?
Salatiga, 3 Juni 2017
Salam, Harduk,-

Tidak ada komentar:
Posting Komentar