![]() |
| Rumah Pakde Kecil |
Cerita masa kecil, entah legenda, fabel, cerita rakyat , atau epik, pada umumnya melekat dalam ingatan.
Bagi yang saat kecil sempat mendapat cerita cerita itu , semisal cerita tentang gunung Merapi sebagai paku jagat, hingga kalau nggak ada gunung Merapi maka pulau Jawa akan terapung apung seperti perahu yang bisa hanyut ke Samudra Hindia, cerita itu demikian melekat, karena diceritakan saat kita masih usia di bawah lima tahun, dimana cerita yang masuk pada memory, akan sangat dekat dan lekat dalam ingatan. (Tabularasa)
Kalau diamati ; cerita, fabel, epik atau dongeng yang mungkin terasa aneh bahkan kadang nyeleneh untuk ukuran cerita setelah dewasa, namun saat hal itu diceritakan di masa kecil, kita senang dan antusias mengikuti dengan seksama apa yang diceritakan, kadang terhanyut. He he he….
Yang menarik dari cerita cerita itu hampir selalu tidak memberikan kata putus, kata akhir, bahkan pemaksaan pendapat, hingga ceritanya mengalir begitu saja.
Dibiarkan kita berpikir jauh, bepikir sendiri, dalam bahasa kini ber olah pikir kreatif, dengan mempertanyakan apa yang diceritakan …. kemudian menggugah naluri masing masing pribadi untuk mencari misteri kebenaran dari cerita.
Cerita saat mana berbentuk, di saat lain ceritanya hanya sepenggal cerita, disampaikan dengan bahasa sederhana, lugas tetapi ada saatnya serius … namun tidak jarang juga … pada saat persis kejadian / peristiwa itu sedang berlangsung …. semisal saat terjadi gempa bumi … maka diceritakanlah bahwa di bawah kita / perut bumi ada ular raksasa merah yang menyangga bumi ini yang tidur, oleh karena capek maka ia molet ( molet = semacam menggerakkan badan nya ), hingga terjadilah gempa bumi.
Menarik bahwasanya ; betapa orang tua kita sudah menunjukkan kearifan yang demikian dalam terhadap alam sekitar… dan itu ditularkan kepada generasi penerus dengan bentuk cerita yang sekaligus memberikan rangsang daya kreatifitas … utamanya mempertanyakan kebenaran cerita itu setelah dewasa.
Cerita lain, bagi yang sedang sedang khitan, setelahnya dapat dipastikan memakai sarung, zaman dahulu .. lalu dipantangkan berjalan melangkahi kotoran ayam ( telek lencung )… MAAF “ karena kalau itu dilanggar, akan bengkak. Ha ha ha…. Ternyata setelah di nalar… karena sarungnya baru … dan baru pertama kali dipakai, tentunya kalau dipakainya hingga menjurai ke tanah, maka kalau ada kotoran ayam dapat dipastikan akan melompat, kalau melompat akibatnya akan bengkak, lalu kalau tidak melompat, tentu saja kotor terkena kotoran ayam, dan tentu saja harus ganti sarung.
Atau cerita lain ; “”Bila pegal di pinggang, dianjurkan sesering mungkin minum teh temulawak, ( teh temulawak = temulawak yang sudah di iris iris dan dikeringkan, dijadikan teh ) , bilamana mungkin seduh dengan gula aren ( gula hasil sadapan enau ), bila tidak ada , gunakan gula merah.
Nach cerita tentang minum teh temulawak ini juga tidak dijelaskan secara utuh, hanya sepenggal hingga kita harus mencari esensi maknanya. Ternyata setelah dicari makna cerita, dengan minum teh temulawak, akan membersihkan ginjal dari kerak yang tersisa.
Berita terakhir tentang temulawak ini sudah dipatentkan oleh salah satu perusahaan pharmasi USA, sebagai obat herbal yang kita harus membayar kalau menggunakannya. Yang lebih mengejutkan tidak hanya untuk membersihkan kerak pada ginjal … tetapi juga obat kanker. ( harian KPS, 21 – 10 - 2010, hal 13 ).
Demikian pula cerita tentang cara mengeluarkan batu ginjal, yang dikisahkan dalam bentuk kisah cerita tersendiri. He he he … kalau cerita yang ini, bisa dicari di buku primbon Jawa atau di buku pengobatan tradisional. … murah dan mudah mencarinya serta tidak sakit tentunya…. kalau kita tidak waspada … jangan jangan herbal ini sebentar lagi juga dipatentkan oleh negara lain.
Cerita lain tentang ungkapan ; “ Kalau masih muda jangan suka makan brutu ( brutu = ekor ayam )” tidak baik. Demikian juga sebaliknya kalau sudah berumur di atas lima puluh lima tahun, hindari makan sayap ayam” Mengapa demikian ? ini sudah diteliti di lembaga biologi perguruan tinggi ternama kita, ternyata kandungan hormon pada brutu berlebih, sementara kandungan pada sayam ayam sangat kurang …. ( majalah Intisari tahun enam puluh delapan, bila nggak salah ingat )
Atau cerita lain lagi ; Orang Jawa khususnya Jawa Tengah ( masa lalu ) … hampir tidak ada yang mempunyai hajat di bulan Muharam ?????. Mengapa ? Ternyata jawabannya adalah … raja raja Jawa ( Yogya , Solo ) sedang memiliki hajat besar di bulan itu, sehingga rakyat diharapkan ikut nyengkuyung ( nyengkuyung = mengikuti dan bila mana mungkin membantu ) upacara-upacara di keraton … weleh weleeeeeh ( itu kata DR Purwadi, ahli susastra Jawa ).
So ………. gimana dengan cerita masa kecil sampeyan???
![]() |
| Pakde di depan rumah masa kecil |
Salam, Harduk,.


Orang tua yg luhur budi dan peduli terhadap putra putrinya,adl pondasi utama dlm mewarnai masa kecil..
BalasHapusMereka mjd suri tauladan yg baik..
Allahumaghfirlahum warhamhum wa'afihi wa'fuanhum..
Aamiin (Pak de)
BalasHapus